By: forum anak kota malang
Indonesia berada di jalur cincin api sehingga sering terjadi gerakan sesar yang sewaktu-waktu dapat mengalami patahan yang mengakibatkan gempa. Tak hanya gempa, Indonesia juga berpotensi terjadi bencana lain seperti banjir, tanah longsor, tsunami, kebakaran hutan, puting beliung dan lainnya.
Merujuk penelitian dari Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA), korban jiwa dalam suatu bencana lebih banyak terjadi pada anak-anak karena kemampuan mereka menyelamatkan diri, dan pengalaman terhadap bencana yang minim. Melihat fakta tersebut, peran keluarga sangat penting untuk pendidikan bencana pada anak mengingat bahwa keluarga adalah tempat pertama pendidikan bagi anak. Keluarga harus berperan aktif dalam pembelajaran anak sejak dini mengenai bencana.Ada tiga hal sederhana yang bisa dilakukan di lingkup keluarga dari pendidikan mitigasi bencana atau disaster education di Jepang. Yaitu pra-bencana, saat terjadi bencana, dan pascabencana.
Pertama tentang tahap pra-bencana, orangtua bisa memberi informasi pada anak sesuai dengan tingkatan anak tentang pengetahuan mengenai suatu bencana. Di tengah era keberlimpahan dan kemudahan fasilitas informasi seperti sekarang ini, mendapatkan informasi dan pengetahuan mengenai bencana sangat mudah ditemukan. Setelah itu, langkah yang dilakukan selanjutnya melakukan analisis risiko bencana apa yang akan terjadi di daerahnya, tanda dan ciri-ciri potensi bencana yang akan terjadi.
Tahap kedua yaitu saat terjadi bencana; dalam tahap ini orangtua memberi pemahaman tentang perlindungan jika bencana terjadi. Yakni, tindakan yang harus dilakukan saat melihat tanda-tanda akan terjadinya bencana yang tujuannya agar anak bisa mengetahui jalur evaluasi bencana untuk menuju tempat yang aman. Selain itu, juga membekali anak melalui practical training bagaimana melindungi dirinya dan bagaimana mereka bisa merespons bencana tersebut secara tepat dan cepat. Misalnya, menunjukkan tempat yang harus dihindari saat bencana terjadi.
Dan terakhir adalah pascabencana. Dalam fase ini, orangtua bisa membekali anak pengetahuan bagaimana sikap dalam menghadapi masa setelah bencana. Contohnya, memberikan pengarahan tentang bagaimana dan apa yang harus dilakukan saat berada di pengungsian agar tidak terpisah dari keluarga. Selain itu, orangtua harus bisa memberikan trauma healing agar kondisi anak tidak terguncang saat berhadapan dengan bencana.