Membaca Meningkatkan Kecerdasan Anak

Membaca Meningkatkan Kecerdasan Anak

By: admin sulawesi selatan

Kapasitas otak anak memiliki sekitar seratus miliar sel otak. Sungguh angka yang fantastis! ? Jumlah ini sama dengan 20 kali lipat jumlah seluruh penduduk di dunia. Sangat disayangkan, bila kapastias yang sangat luas ini tidak dioptimalkan. Karena kemampuan otak akan berfungsi bila kita gunakan untuk berpikir. Pada saat berpikir inilah sel-sel otak akan terkoneksi antara satu dengan lainnya. Aktivitas paling kompleks yang dapat kita lakukan untuk mengoptimalkan fungsi otak adalah dengan membaca.

Menurut Paul C. Burns, Betty D. Roe & Elinor P. Ross dalam Teaching Reading in Today’s Elementary School, bahwa ada delapan aspek yang bekerja saat kita membaca, yaitu aspek sensori, persepsi, sekuensial (tata urutan kerja), pengalaman, berpikir, belajar, asosiasi, dan afeksi. Kedelapan aspek ini bekerja secara bersamaan saat kita membaca. Oleh karena itu semakin sering anak membaca buku maka semakin banyak sel otak yang terkoneksi. Sel-sel otak yang terkoneksi inilah yang membuat anak menjadi cerdas.

Dahsyatnya perkembangan otak anak usia dini

Bila dibandingkan dengan negara tetangga, Indonesia masih menduduki peringkat rendah dalam hal budaya membaca. Hal ini tidaklah mengherankan, karena masih banyak masyarakat kita yang belum sadar akan pentingnya membaca, tetapi belum ada kata terlambat, kita masih bisa memulainya, dengan membantu anak kita untuk menumbuhkan minat membaca sejak anak usia dini.

Pada usia dini , yaitu rentang usia 0-6 tahun, terjadi proses perkembangan otak anak yang dahsyat. Ketika seorang anak telahir di dunia ini, pertumbuhan otaknya sudah 25%, ketika mereka berusia 18 bulan sudah mencapai 50% dan di saat mereka berusia 6 tahun pertumbuhan otak anak mencapai 90% dan mencapai ukuran maksimal ketika berusia 18 tahun yaitu sudah mencapai 100%.

Pertumbuhan otak ini seiring juga dengan perkembangan intelektual anak. 50% kemampuan intelektual anak berkembang saat lahir sampai umur 4 tahun, menurun menjadi 30% dalam rentang usia 4 sampai 8 tahun, dan ketika mereka berusia 8 sampai 18 tahun semakin menurun menjadi 20%. Betapa sayangnya, jika usia-usia emas (golden age) seorang anak berlalu begitu saja tanpa mendapatkan sesuatu yang berarti. Padahal membentuk kebiasaan di usia ini jauh lebih mudah dibanding usia sesudahnya.