By: forum anak provinsi bengkulu
“KONGKONEKIN”(Kongkow
Koneksi Indonesia) merupakan social project yang diinisiasi oleh Bennedicta Vania Tandiono dalam rangkaian seleksi pemilihan Duta Anak Provinsi Bengkulu. Kongkow berasal dari Bahasa Tionghoa yang berarti kumpul-kumpul
atau biasa disebut anak remaja sekarang adalah nongkrong. Mengapa Kongkow? Hal ini karena Vania (inisiator) ingin isu ini bisa didiskusikan sesantai mungkin, bahwa isu ini
bukan hanya obrolan elit antara pemerintah dan tidak terlalu serius bahkan
tegang seperti yang kita bayangkan. Konek sendiri merupakan sebutan non-formal
dari terhubung atau tersambung. Lalu, mengapa konekin? Diharapkan dengan adanya
pertemuan antara anak disabilitas dan anak non-disabilitas, dapat menyambungkan
atau menjembatani pola pikir yang ada, bahwa perbedaan adalah hal yang biasa
dan kita harus terbiasa untuk menghargai satu sama lain.

Setiap
orang mungkin memiliki perbedaan. Namun, kita juga memiliki kesamaan yaitu,
ingin didengarkan, dipahami, dan dihargai. Selama ini, banyak masyarakat yang
berpendapat bahwa toleransi hanya berkaitan dengan suku, ras, dan agama saja.
Padahal, toleransi merupakan sikap saling menghargai segala perbedaan yang ada.
Perbedaan itu tidak hanya berkaitan dengan suku, ras, dan agama saja karena
semua orang pasti memiliki perbedaan.
Anak
berkebutuhan khusus masih sering dianggap negatif di tengah-tengah masyarakat.
Masyarakat sering memandang anak berkebutuhan khusus dengan sebelah mata.
Padahal, menurut data dari Badan Pusat Statistika, terdapat 1,6 juta anak
berkebutuhan khusus yang tersebar di penjuru Indonesia. Stigma yang
salah masih hinggap dalam pemikiran sejumlah orang tua sehingga diskriminasi
terhadap anak berkebutuhan khusus tetap ada. Masih banyak anak yang tak
mendapatkan haknya untuk memperoleh layanan fasilitas kesehatan, pusat
rehabilitasi, atau sekolah. Padahal, anak berkebutuhan khusus memiliki hak yang
sama dengan anak lainnya. Mereka berhak memiliki identitas, mendapatkan
pendidikan layak, dan diterima dilingkungan sekitar. Dilansir dari
bengkuluekspress.com, pada tahun 2017 masih terdapat sekolah luar biasa (SLB)
di Bengkulu yang minim sarana prasarana sehingga menghambat proses
pembelajaran.
Aksi
perundungan terhadap anak berkebutuhan khusus juga seringkali terjadi. Mereka kerap kali mendapat diskriminasi dari berbagai pihak. Setiap
orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Tiap anak juga memiliki keunikannya
masing masing. Begitu pula dengan anak berkebutuhan khusus. Hal ini sangat
tidak adil apabila terdapat anak yang tidak diberikan kesempatan yang sama
hanya karena mereka berbeda dari yang lainnya. Tidak semua orang mengerti
konsep ABK itu sendiri. Lagi-lagi, kurangnya edukasi menjadi salah satu faktor
terjadinya hal ini.
Social
project ini diharapkan menjadi langkah awal dari platform bersamamenghargai. Dalam melakukan social project ini, Vania bersama pengurus Forum Anak Daerah Provinsi Bengkulu dan bekerja sama dengan Sekolah Luar Biasa Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bengkulu menciptakan
interaksi dengan ABK dengan mengobrol santai bersama ABK sehingga tidak terjadi kesalahpahaman antar kedua pihak. Jadi, Kongkonekin merupakan kegiatan yang mempertemukan anak disabilitas dan
anak non-disabilitas untuk menjembatani guna menghapus stigma negatif yang ada
dengan cara bertukar pikiran sehingga menjadi solusi dari permasalahan yang ada.

0 Komentar untuk KONGKONEKIN (Kongkow Koneksi Indonesia)