By: Forum Anak Butta Toa Kab. Bantaeng
Hasil sensus Penduduk Indonesia tahun
2007 diketahui bahwa jumlah anak berkebutuhan khusus berusia 7-12 tahun
diketahui sebanyak 254.134 orang, dengan populasi dominan adalah anak tunadaksa
sebanyak 95.891 orang (37,73%) dan 158.243 orang (62,27%) dibagi dalam berbagai
jenis ketunaan lainnya, Anak berkebutuhan khusus sering kali mengalami berbagai
persoalan psikologis yang timbul akibat kelainan bawaan dirinya maupun akibat
respon lingkungan terhadap ketunaan yang dialami anak tersebut. Dukungan dari
lingkungan sosial bagi anak berkebutuhan khusus sangat memeengaruhi
perkembangan anak tersebut (Efendi, 2008). Dalam kenyataannya, anak
berkebutuhan khusus yang memperoleh dukungan sosial yang baik dari
lingkungannya mampu menunjukkan prestasi tak kalah gemilang baik dalam bidang
pendidikan formal maupun ketrampilan sehingga anak tersebut mampu mandiri dalam
kehidupannya (Walinono, 1999). Di sisi lain anak-anak usia sekolah yang secara
fisik maupun mental normal meskipun memperoleh dukungan sosial yang baik dari
ingkungan beberapa anak menunjukkan prestasi dan sebagian lainnya menunjukkan
perilaku negatif.
Orang tua memberikan dukungan emosional, layanan, informasi dan instrumental. Dari keempat dukungan tersebuat, maka dapat dilihat bahwa faktor dukungan emosional adalah dukungan yang dilakukan. Hal ini mungkin terkait dengan kondisi anak yang mengalami tunadaksa yang membutuhkan lebih banyak dukungan emosional dari anak normal. . Jika anak dengan kebutuhan khusus menerima dukungan yang baik dari orang tua atau lingkungan sekitarnya, maka anak yang diharapkan dapat berkembang lebih sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Sikap orang tua, keluarga, teman sebaya, teman sekolah, dan masyarakat pada umumnya sangat berpengaruh terhadap bauran konsep diri anak. Anak berkebutuhan khusus perlakuan yang wajar, bimbingan, pengarahan, belajar bersosialisasi dan bermain dengan teman seusianya, Agar mendapat peluang dan kesempatan yang lebih luas untuk belajar tentang pola-pola perilaku yang diterima, sehingga tidak menghambat perkembangan sosialnya. Lingkungan merupakan sumber informasi yang mendasar, menjadi persediaan utama pemenuhan kebutuhan, dan penafsir utama perilaku sosial yang dapat diterima. Untuk itu penting bagi lingkungan, khususnya keluarga untuk mengembangkan struktur kesempatan, struktur dukungan, dan struktur penguatan yang memungkinkan anak dapat belajar memperoleh tingkahlaku baru yang dapat diterima dan selaras dengan norma-norma yang berkembang di lingkungannya, sehingga mampu mengeliminir dampak sosial sebagai akibat dari kondisinya Lingkungan merupakan sumber informasi yang mendasar, menjadi persediaan utama pemenuhan kebutuhan, dan penafsir utama perilaku sosial yang dapat diterima. Untuk itu penting bagi lingkungan, khususnya keluarga untuk mengembangkan struktur kesempatan, struktur dukungan, dan struktur penguatan yang memungkinkan anak dapat belajar memperoleh tingkahlaku baru yang dapat diterima dan selaras dengan norma-norma yang berkembang di lingkungannya, sehingga mampu mengeliminir dampak sosial sebagai akibat dari kondisinya Lingkungan merupakan sumber informasi yang mendasar, menjadi persediaan utama pemenuhan kebutuhan, dan penafsir utama perilaku sosial yang dapat diterima. Untuk itu penting bagi lingkungan, khususnya keluarga untuk mengembangkan struktur kesempatan, struktur dukungan, dan struktur penguatan yang memungkinkan anak dapat belajar memperoleh tingkahlaku baru yang dapat diterima dan selaras dengan norma-norma yang berkembang di lingkungannya, sehingga mampu mengeliminir dampak sosial sebagai akibat dari kondisinya Sebagai gambaran tentang kompleksnya proses kognitif pada anak berkebutuhan khusus dapat dicontohkan pada anak yang mengalami ketunagrahitaan.
Jum'at 2 April 2021 Merupakan hari peduli Autissme, Maka dari itu, Pada hari Jum'at 2 April 2021 Kluster 5 (Perlindungan Khusus) FABT telah melaksanakan kegiatan ADAPTASI (Sehari Bersama Anak Istimewa) dalam rangka memperengiti Hari Peduli Autis Sedunia. Kegiatan ini bertujuan untuk mengasah anak anak Disabilitas dengan membuat kerajinan plastik. Kegiatan diawali dengan pembukaan oleh Anak FABT, lalu bermain, kemudian memasuki acara inti yang dimana Anak FABT mengajarkan cara membuat kerajinan plastik kepada mereka. Respon mereka sangat baik dan mau ikut belajar bersama. Teman kami ini sangat pintar dalam membuat kerajinannya, mereka sangat bersemangat sehingga teman kami pun ikut semangat. Dari kegiatan ini, Kami memiliki harapan besar agar kita semua bisa menghargai dan menghormati teman kita yang istimewa ini.
0 Komentar untuk ADAPTASI “A Day With Special Children”