BUKAN SOAL HARTA, TAPI SOAL SEHAT & BAHAGIA ( MEMPRINGATI HARI KESEHATAN NASIONAL 2021)

BUKAN SOAL HARTA, TAPI SOAL SEHAT & BAHAGIA ( MEMPRINGATI HARI KESEHATAN NASIONAL 2021)

By: forum anak daerah kabupaten tabanan

Halo sobat anak! Forum Anak Daerah Tabanan memperingati Hari Kesehatan Nasional, nah dimasa pandemi seperti ini tetaplah beraktivitas dan teman-teman jangan lupa tetap mentaati protokol kesehatan secara ketat yaa, semoga pandemi ini cepat berlalu dan untuk memperingati Hari Kesehatan Nasional, kami persembahkan sebuah cerpen yang merupakan juara 1 dari lomba HAN 2021. Selamat membaca.                         
                                                                                  BUKAN SOAL HARTA, TAPI SOAL SEHAT & BAHAGIA.
     Aku Praja, seorang lelaki yang baru berusia 12 tahun, jika dilihat dengan kasat mata, kehidupanku cukup baik. Memiliki seorang ayah pengusaha sukses , ibu yang bekerja sabagai model, dan harta yang berlimpa, nyaris sempurna bukan? Tapi sempurna itu bukan hanya tentang materi, bagiku sempurna itu ada ketika kita bisa bahagia dengan apa yang kita lakukan.
      Orang – orang bilang aku sangat beruntung memiliki ayah dan ibu seperti kedua orang tuaku yang tidak kekurangan apapun dari segi materi. Sungguh ironi sebenarnya, ketika temanku bilang “ Enak ya jadi kamu, mau ini itu tinggal bayar. Gak usah repot – repot bawa dagangan ke sekolah. Gak usah juga mikirin gimana uang SPP bisa lunas. Bahagia saja sepertinya bisa kamu beli”. Bahagia? Aku hanya bisa tersenyum simpul mendengarnya. Apakah mereka tidak tau? Atau mungkin belum tau? Bagaimana rasanya memiliki ayah yang gila kerja sampai tidak sempat untuk memperhatikan anaknya?, atau bagaimana rasanya memiliki ibu yang terkenal sebagai model sampai jarang pulang kerumah bahkan untuk sekedar bertemu anaknya? Apakah itu yang disebut bahagia?, tidak ada keharmonisan, tidak ada pelukan hangat dari seorang ayah, juga tidak ada omelan ibu ketika anaknya melakukan kesalahan. Sekali lagi aku tanya, apakah itu yang disebut bahagia?.
    Kadang aku iri dengan teman – temanku yang dapat merasakan kehangatan dikeluarganya, bersenda gurau dengan ayah ibunya, jalan – jalan bersama ayah ibunya, dan makan malam bersama. Seperti sekarang ini, aku sedang berada dirumah temanku, Nanta, yang kini sedang tertawa bersama ayahnya, aku hanya memandangi mereka berdua sampai nada dering teleponku mengagetkanku, ternyata bibi Nita yang menelfonku, “ Halo bi, ada apa?” sapaku, “Praja, kau dimana? Apakah kau tidak ingat hari ini jadwalmu kerumah sakit?” kata bi Nita padaku, “Iya bi, nanti aku kerumah sakit” jawabku, “Awas saja kalau kamu tidak datang lagi , bibi tidak akan segan – segan bicara pada ayah dan ibumu soal penyakit yang kamu alami ini ” kata bibi mengancamku, “Iya bi iya, Praja pasti kesana” kataku yang langsung menutup telepon dari bibi.
Mungkin sekarang ada yang sedang bertanya – tanya, siapa itu bibi Nita? Kenapa dia menyuruhku untuk kerumah sakit? Aku sakit apa? Hehe, akan ku jelaskan, bibi Nita adalah seorang dokter sekaligus adik dari ibuku, dialah yang merawatku dari kecil hingga sekarang, dia juga dokter yang menangani penyakitku, Leukimia stadium 3 (kanker darah), cukup mengerikan memang untuk anak seusiaku. Sakit yang sudah parah, kenapa sampai orang tuaku belum tau? Mungkin itu yang ada dipikiran kalian sekarang. Aku memang mencegah agar kedua orang tuaku tidak tau tentang sakitku, bukannya bagaimana tetapi saat aku memerlukan mereka setiap kali aku kesakitan dan meminta tolong, mereka menjawab teleponku saja tidak, lalu apa peduli mereka kepadaku? Jadi lebih baik mereka tidak tahu perihal sakitku, dan ya aku disuruh ke rumah sakit oleh bibi karena hari ini jadwalku kemoterapi.
     Setelah pamit dari rumahnya Nanta, aku segera kerumah sakit bersama dengan pak supir. Setelah sampai dirumah sakit, aku langsung menuju ruangan bibi Nita, “Halo bi, Praja datang” sapaku ketika sudah sampai diruangan bibi, “Prajaa, memang ya kamu, kalau tidak diancam mana mau kerumah sakit, jadwalmu ditekuni Praja, kalau kamu begini terus, gimana mau sembuh?” omel bibi Nita kepadaku, “Biarkan saja begini bi, toh biarpun Praja gak sembuh juga gak ada yang peduli” jawabku yang memang sudah pasrah dengan keadaan, “Praja, kamu jangan ngomong gitu sayang, bibi disini bersamamu, jangan ngawur lagi ya?” kata bibi lembut, aku tau bibi mengatakan itu untuk membuatku semangat menjalani kemoterapi agar bisa sembuh, “Bener kan bi, ngapain juga Praja sembuh, orang tua Praja aja gak peduli sama Praja” sautku, “Praja, orang tua kamu peduli kok sama kamu, yang sabar nak ya” kata bibi menyemangatiku, “Ayo lah bi, Praja gak mau lama – lama dirumah sakit” kataku pada bibi, “Nah gitu dong baru Praja, yuk lah kita keruangan” ajak bibi kepadaku yang langsung aku ikuti.
     Setelah menjalani kemoterapi yang sedikit menyakitkan, aku dan bibi langsung menuju ke ruangan bibi hanya sekedar untuk berbincang. Tibanya diruangan bibi, aku dan bibi dikejutkan oleh kehadiran ayah dan ibuku dengan tatapan tajamnya, “Jadi bisa kalian jelaskan apa maksudya kalian sembunyikan ini dari kami?” ujar ayahku langsung ke intinya, entah darimana mereka tau soal penyakitku ini hingga mereka menyempatkan waktunya untuk datang “Ayah, ibu, kalian kapan pulang?” tanyaku mengelak dari pertanyaan ayah, “Kak bayu (nama ayahku), kak nindi (nama ibuku), kalian tenang dulu, ini bisa kami jelaskan” kata bi nita kepada ayah dan ibuku, “Apa yang perlu dijelaskan Nita? Kamu tega tidak memberi tau perihal sakit anakku kepadaku? Apa yang selama ini kalian sembunyikan dari kami?” saut ibuku yang diambang kemarahan, “Apa kamu lupa siapa yang melahirkan Praja? Kenapa kamu seenaknya begini Nita?” kata ayahku menusuk.
     Cukup, kali ini aku tidak bisa diam, “ Apa? Seenaknya ayah bilang?, aku sendiri yang meminta bibi merahasiakan masalah ini, jadi ayah jangan sembarangan” kataku langsung, “ Kenapa Praja? Kenapa kamu sembunyikan ini dari ayah dan ibu? Kenapa?!” tanya ibuku dengan genangan air matanya, “Kenapa? Ibu tanya kenapa?, Bu sekarang aku yang bertanya, apakah pernah ibu pulang sekedar untuk mengecek keadaan Praja ? Apakah pernah ibu pulang untuk sekedar memberikan perhatian? Jangankan untuk pulang, meluangkan waktu untuk menerima telepon dari Prajapun ibu hampir tidak pernah, apa itu yang perlu Praja jelaskan ke ibu?, dan untuk ayah, tadi ayah bilang bahwa ibulah yang melahikan Praja, memang benar, tapi pernahkah ayah berpikir siapa yang merawatku 12 tahun bahkan sejak aku dilahirkan? Siapa yang memberikan aku kasih sayang? Bibi Nita kan? Lalu kemana kalian selama ini? Kenapa ayah dan ibu tidak bisa menerima teleponku walau hanya 1 menit saja? Kenapa kalian tidak bisa pulang hanya untuk menjenguk anak 12 tahun ini? Apakah aku ada salah? Apakah penyakit ku bagi kalian berarti? Lalu mana peduli kalian selama ini? Ada? Kutanya ada?!” kataku yang sudah muak, “Nak,,, ayah dan ibu hanya.. hanya..” kata ibu ku yang sudah menangis sesegukan, “ Hanya apa bu? Hanya apa? Aku hanya ingin ayah dan ibu peduli padaku, aku ingin pelukan hangat seorang ibu dan usapan lembut seorang ayah, aku hanya ini diberikan kehangatan oleh kalian, apakah aku salah? Aku tidak perlu materi yang berlebihan, tidak perlu harta yang berlimpah, aku hanya perlu kedua orang tuaku ada disisiku dan selalu mendukungku, aku ingin disemangati oleh ayah dan ibu, didampingi saat kemoterapi agar aku semangat untuk sembuh, sekali lagi apakah aku salah? Aku hanya ingin seperti anak lain yang sehat dan bahagia, kebahagian ku bukas soal harta bu, jadi tolong dengarkan aku kali ini” pinta ku yang sudah ikut menangis kepada ayah dan ibuku.
     “Sudah nak,, cukup, ayah dan ibu minta maaf , kami minta maaf karena selama ini kami tidak pernah meluangkan waktu untukmu, kami meminta maaf karena selama ini kami salah, kami sadar nak, kami sadar, jadi tolong maafkan ayah dan ibumu ini” kata ayahku,”Iya nak, kami berdua minta maaf, dan tolong berikan ayah dan ibumu ini kesempatan untuk merawatmu sampai sembuh, izinkan kami memperbaiki kesalahan yang telah kami perbuat nak, jadi mohon maafkan kami” tambah ibuku yang memohon, setelah mereka mengatakan itu, aku langsung memeluk mereka yang merek balas dengan erat, “Ayah, ibu, Praja sudah memaafkan kalian sebelum kalian minta maaf, Praja minta tolong agar ayah dan ibu bisa membantu Praja hingga sembuh dan sehat kembali” pintaku, “Terima kasih nak, terima kasih, tanpa kamu mintapun kami akan membantumu dan senantiasa mendukungmu selalu” kata ibuku , “Ayo kita buka lembaran baru,kali ini bukan soal harta, tapi soal sehat dan bahagia” kata ayahku akhirnya.
Didunia ini harta memang sangat berharga, tetapi sehat & bahagia jauh lebih berharga ~ Praja
Cerpen : Bukan soal harta, tapi soal sehat dan bahagia.
Oleh : Agnea Gabreiela P.W.

0 Komentar untuk BUKAN SOAL HARTA, TAPI SOAL SEHAT & BAHAGIA ( MEMPRINGATI HARI KESEHATAN NASIONAL 2021)

login untuk komentar