Maraknya permasalahan anak, FAD Bali lakukan diskusi dengan Lentera Anak Bali

Maraknya permasalahan anak, FAD Bali lakukan diskusi dengan Lentera Anak Bali

By: forum anak daerah provinsi bali

Halo, Salam Anak Bali.👋

📢FAD Bali: Bersua,Bersuara,Bersaudara



Jumpa lagi pada kali ini. Bagaimana kabar kalian? Semoga sehat selalu ya! Melihat maraknya permasalahan yang terjadi pada anak khususnya di Provinsi Bali, Forum Anak Daerah Bali mengadakan diskusi bersama salah satu penggiat perlindungan anak dari Yayasan Lentera Anak Bali yaitu Ibu Luh Putu Anggreni, SH. Lentera Anak Bali merupakan yayasan yang berdiri sejak 26 April 2011 dan bergerak untuk membela hak – hak anak melalui edukasi guna membangun kepedulian masyarakat khususnya Bali terkait dengan hak – hak anak serta aktif melakukan advokasi terkait Undang – Undang Perlindungan Anak yaitu Undang – Undang No. 35 Tahun 2014 perubahan atas Undang – Undang No. 23 Tahun 2002. Selain itu, Lentera Anak Bali yang disingkat menjadi LAB juga aktif memberikan pendampingan secara langsung kepada anak yang merupakan korban kekerasan hingga eksploitasi☝️.

Diskusi yang  dilakukan oleh FAD Bali pada 16 Mei 2022 ini membahas terkait bagaimana fakta lapangan kasus anak – anak jalanan di Bali. Ibu Luh Anggreni memaparkan kasus anak jalanan di Bali saat ini sedang marak terjadi, pihak Satpol PP sudah sering mengadakan penangkapan kepada anak – anak jalanan tersebut lalu dilakukan pembinaan💭 namun yang terjadi setelah di bina satu hari dan di pulangkan, mereka akan kembali melakukan aksinya di jalanan entah itu berjualan tissue, masker, ataupun mengamen. Mereka memilih untuk berhenti sekolah dengan alasan minimnya biaya. Mereka juga memiliki perkumpulan dan memiliki ketua sehingga ketika mereka diamankan oleh Polisi atau Satpol PP ada pihak yang menjamin mereka hingga dibebaskan.  

Ada beberapa titik di Denpasar yang biasanya digunakan oleh mereka untuk berjualan yaitu di sekitaran Tohpati, Gatsu, dan Sanur Kaja. Anak – anak ini memilih untuk berjualan karena terdapat aturan yang melarang untuk mengemis. Selain itu, pengurus LAB Bidang hukum ini juga menambahkan bahwa “anak – anak tersebut banyak digunakan oleh bule di Bali yang biasanya sudah lanjut usia sebagai pemuas kebutuhan sex mereka dengan iming – iming hadiah. Bahkan ada orang tua dari anak itu sendiri yang mengantarkannya ke tempat bule tersebut agar mendapatkan uang. Mereka bukan diperkosa tetapi disentuh, dimandikan dan lainnya”😔. “Kasus ini bukan termasuk ke dalam perdagangan manusia tetapi eksploitasi anak karena dilakukan oleh orang tua mereka sendiri yang menyuruh anak – anak mereka untuk berjualan” ujar penggiat perlindungan anak Bali ini.

Ibu Anggreni juga menjelaskan sudah berbagai upaya telah dilakukan oleh Yayasan LAB untuk mengatasi anak jalanan ini seperti memberikan pelatihan kepada mereka untuk mencuci motor, menjadi montir, bahkan belajar di spa. Namun, ketika mereka disarankan untuk mencari lapangan pekerjaan sesuai dengan pelatihan yang diberikan🌈, mereka tidak percaya diri dan memilih untuk tetap berjualan tisu di jalanan dan mengamen. Hal ini juga disebabkan oleh lingkungan mereka. Selain itu mereka juga memiliki mindset  harus bersama – sama, sehingga walaupun sudah memiliki keahlian dan diajak untuk bekerja sendiri mereka menolak. Bahkan yayasan asing pun telah melakukan upaya untuk memberikan pelatihan kepada orang tua dari anak – anak jalanan ini akan tetapi belum berhasil.  




Dokumentasi Kegiatan Diskusi LAB


LAB juga mengadakan edukasi kepada anak – anak jalanan ini melalui Bondres yang merupakan teater komedi khas Bali untuk menyadarkan mereka, namun hal ini tak kunjung berbuah manis. Dari Lentera Bali pun sudah pernah berupaya untuk menyekolahkan mereka, namun terkendala identitas diri karena tidak ada satupun dari mereka yang memiliki Kartu keluarga, Akta Kelahiran, dan administrasi penting lainnya. Namun, ketika pendataan telah dilakukan dan mereka sudah mau bersekolah, timbul masalah yang lain yaitu mereka memilih untuk menikah tanpa melanjutkan cita – cita yang sudah dimiliki. Selain itu, LAB juga pernah membuat Forum FAD terbuka bagi siapa saja contohnya anak marginal agar mereka mendapatkan lingkungan pertemanan yang positif serta menjadi termotivasi dan percaya diri😁.

Melalui diskusi ini juga Ibu Anggreni memaparkan bahwa anak – anak jalanan tersebut berasal dari daerah desa salah satunya daerah Pedahan Gianyar Tengah dan sekitarnya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka pindah salah satunya karena di desa sulit mendapatkan air dan dapat dikatakan pembangunan masih tertinggal karena itulah mereka memilih untuk pergi ke kota serta mendapatkan pekerjaan untuk menjual tissue, tukang parkir dan lainnya. Selain itu juga disebabkan oleh penampilan orang – orang yang bekerja di kota yang mereka lihat “keren” ketika pulang kampung, membuat mereka berpikir kehidupan di kota lebih terjamin dan bisa mendapatkan pekerjaan yang pasti👍.

Ibu Luh Putu Anggreni juga mengungkapkan Perlu ada kajian terkait masalah ini salah satunya adalah dana desa yang jumlahnya kurang lebih 250 hingga 300 juta jangan hanya digunakan untuk pembangunan secara fisik saja tetapi juga untuk melaksanakan program perlindungan anak dan perempuan guna meningkatkan sumber daya manusia. Selain itu, rata – rata desa dinas kurang peduli dengan permasalahan anak. “Mengapa di dinas perlindungan anak dan perempuan berisi pejabat yang akan pensiun, hal ini tentu saja menghambat program – program kerja yang ada” tambah Ibu Anggreni.

Terakhir Ibu Anggreni menambahkan bahwa untuk menangani masalah ini yang perlu dilakukan adalah memutus lingkaran kemiskinan mereka. Karena yang terjadi di lapangan adalah  orang tua dengan pendidikannya yang masih rendah kemudian bekerja sebagai tukang parkir, berjualan tissue, lalu menikah dan memiliki anak, mereka tidak peduli terhadap anak – anak mereka, sehingga mereka harus bekerja dan mengamen di jalanan. Lalu, siklus yang sama pun terus berulang. Selain itu yang harus ditekankan adalah 12 tahun wajib belajar📚 agar mereka memiliki ijazah SMA sehingga bisa untuk mencari pekerjaan yang layak. Mengubah mindset orang tua mereka juga hal yang tidak kalah penting. Hal ini perlu dilakukan agar mereka sadar bahwa pendidikan itu penting dan menikahkan anak di usia dini bukan suatu cara untuk mengurangi beban mereka. Pada kesempatan tersebut Ibu Anggreni berpesan kepada FAD Bali agar membuat suatu wadah baru bagi anak – anak jalanan tersebut untuk membantu mereka keluar dari zona nyaman. Sekian, terimakasih. Sampai jumpa....

0 Komentar untuk Maraknya permasalahan anak, FAD Bali lakukan diskusi dengan Lentera Anak Bali

login untuk komentar