By: forum anak kota ambon
Pertemuan The 6th ASEAN Children Forum 2020 (Forum Anak ASEAN ke-6 Tahun 2020) telah selesai diselenggarakan pada tanggal 13 Oktober 2020 secara virtual. Pertemuan yang diselenggarakan setiap dua tahun tersebut telah dihadiri oleh perwakilan anak di seluruh negara anggota ASEAN. Pada pertemuan tersebut, Delegasi Indonesia telah berkesempatan untuk menyampaikan paparanya terkait isu kesehatan mental anak selama Pandemi Covid-19 serta telah menyusun rekomendasi bersama yang merupakan dokumen keluaran (output document) dari pertemuan ACF 2020. Sharring Session Delegasi Asian Children Forum 2020 dilakukan dengan tujuan untuk berbagi informasi terkait pertemuan, rekomendasi serta rencana tindak lanjut. Delegasi Indonesia diwakili oleh Belva Aulia, Abdul Gilang Tawakkal, Muhammad Lukman Ibrahim Salim, dan Ema Dilsiana.
Kegiatan ini dihadiri oleh Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak, Seluruh Pejabat Eselon II pada Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak, Kepala Bidang Partisipasi Anak, Kepala Bagian Kerja Sama, Kepala Bagian Publikasi, dan Jajaran Asdep PHSIPA. Dari Pihak Dinas PPPA Provinsi dihadiri oleh Seluruh Kepala Dinas PPPA Provinsi, Seluruh Kepala Dinas PPPA Kab/Kota, dan Kepala Bidang Partisipasi Anak. Sedangkan dari Forum Anak Nasional dihadiri oleh Pengurus Forum Anak Nasional, Fasilitator Forum Anak Nasional, Sekretariat Forum Anak Nasional, Forum Anak Daerah Provinsi/Kab/Kota, Redaktur Majalah Forum Anak Nasional, serta Alumni Delegasi ACF.
Kegiatan ini diawali dengan pembukaan oleh seorang MC, yaitu Kakak Belva Aulia yang juga sebagai salah satu delegasi Indonesia. Setelah itu, Sambutan dan Laporan oleh Asdep HSIPA, Ibu Lies Rosdianty. Dilanjutkan dengan sesi “Sharing Session” yang dibawakan oleh Para Delegasi Indonesia. Pada sesi ini peserta bersama para delegasi berbagi pandangan terkait masalah Mental Health di Indonesia. Dari FAKOTA terdapat beberapa tanggapan. Pertama dari Axel Ursia, yaitu “Kak menurutku kita harus memerhatikan anak-anak yg tidak memiliki gadget dan juga tidak mampu membayar uang SPP, dll. dikarenakan masalah ekonomi. oleh karena itu alangkah baiknya jika kita mendata anak-anak dari daerah masing-masing yang masih belum memilkinya.
Selain itu, terdapat tanggapan lainnya dari Jelisya Pirsouw, yaitu “Yang saya lihat dari lingkungan pertemanan saya, banyak remaja yang mengalami insecure dan overthinking ditengah pandemi ini. bahkan 2 hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan mental health. Nah, teman-teman dari sini saya ingin menyampaikan pendapat saya, bahwa sebagai forum anak, kita perlu melakukan kegiatan/event online untuk membantu menghilangkan rasa insecure dan overthinking serta dapat mengembangkan potensi anak-anak. salah satu contohnya kita dapat membuat Festival anak online, agar anak dapat mengembangkan potensinya dan dapat memanfaatkan waktunya untuk hal yang positif sehingga dapat mengurangi anak berlaku insecure dan overthinking. Terima Kasih”
Selain itu, Para peserta mendapatkan materi dari para delegasi, yaitu Masalah Terkait Kesehatan Mental Anak khususnya saat BDR, yaitu Ekonomi Keluarga Menurun, Kesehatan Mental Terganggu, Stress Karena Sekolah On-line, Kasus Kekerasan Pada Anak Meningkat, Kesulitan Mengakses Internet, dan Terpapar Konten Tidak Ramah Anak. Dari masalah-masalah tersebut, beberapa kebijakn telah dilakukan oleh Negara-negara di ASEAN, antara lain Menutup Sekolah, Memperketat Protokol Kesehatan, Mengedukasi Melalui Sosial Media, Membentuk Grup Volounteer Untuk Membantu Anak-anak, Mendukung Orang Tua Membantu Anak Belajar, Melakukan Survei Anak Yang Butuh Bantuan, Menyediakan Kebutuhan Anak Selama Pandemi, dan Menata Sistem Pendidikan.
Selain itu, Para peserta mendapatkan materi dari para delegasi, yaitu Masalah Terkait Kesehatan Mental Anak khususnya saat BDR, yaitu Ekonomi Keluarga Menurun, Kesehatan Mental Terganggu, Stress Karena Sekolah On-line, Kasus Kekerasan Pada Anak Meningkat, Kesulitan Mengakses Internet, dan Terpapar Konten Tidak Ramah Anak. Dari masalah-masalah tersebut, beberapa kebijakn telah dilakukan oleh Negara-negara di ASEAN, antara lain Menutup Sekolah, Memperketat Protokol Kesehatan, Mengedukasi Melalui Sosial Media, Membentuk Grup Volounteer Untuk Membantu Anak-anak, Mendukung Orang Tua Membantu Anak Belajar, Melakukan Survei Anak Yang Butuh Bantuan, Menyediakan Kebutuhan Anak Selama Pandemi, dan Menata Sistem Pendidikan. Selanjutnya, sesi “Tanya Jawab”. Karena keterbatasan waktu, maka hanya dijawab 3 pertanyaan teratas. Salah satunya dari FAKOTA, yaitu “Jika anak-anak ada yg mengalami mental yg menurun dan kita juga telah mensupport dia juga tapi msh gak bsa bngkit apakah ada metode yg lbh baik dri tmn' peserta ACF ? dan apakah sempat diangkat dalam kegiatan ACF 2020 ?” . Kemudian dari hasil pertanyaan tersebut dijelaskan bahwa untuk menangani masalah tersebut perlu adanya tindakan mensupport, baik dalam bentuk dukungan juga dalam bentuk fisik/barang, dan jika sudah cukup parah maka bisa menerapkan psikoterapi, serta bisa mendownload aplikasi “moodspath” untuk membantu korban/anak-anak. Tibalah kita pada penghujung Sharing Session. Dengan demikian kegiatan ini berakhir dengan penutupan oleh Kakak Belva Aulia dan Ibu Lies.
0 Komentar untuk Sharing Session Delegasi ACF 2020