INFAWEEK SEJARAH DUGDERAN KOTA SEMARANG

INFAWEEK SEJARAH DUGDERAN KOTA SEMARANG

By: Forum Anak Kota Semarang

<p><p>&nbsp;</p> <p>Infaweek merupakan salah satu program kerja Forum Anak Kota Semarang. Di dalam infaweek ini, kami memberikan informasi mengenai perayaan Hari Besar, tips and trick, tempat bersejarah, dan masih banyak lagi. Pada tanggal 3 Maret 2024 dalam rangka memasuki bulan Ramadhan,&nbsp; Forum Anak Kota Semarang membuat infaweek yang membahas mengenai Dugderan. Di dalam infaweek mengenai Dugderan membahas mengenai sejarah Dugderan. Makna Dugderan, tujuan Dugderan, dan prosesi Dukderan.&nbsp;</p> <p>&nbsp;</p> <p><img src="https://api.forumanak.id/storage/1904/26661743949070.webp" alt="" width="270" height="266"></p> <p>Sejarah Dugderan yaitu pada masa kepemimpinan Bupati Purbaningrat pada tahun 1881. Tradisi ini bermula dari perbedaan pendapat dalam masyarakat Kota Semarang mengenai awal bulan suci Ramadhan. Pada masa itu, Indonesia masih di bawah pemerintah kolonial Belanda, dan masyarakat kota Semarang terbagi menjadi empat golongan yaitu pecinan, pekojan, kampoeng Melayu, dan orang Jawa asli. Bupati Purbaningrat menetapkan langkah untuk menyamakan persepsi penentuan awal Ramadhan dengan menabuh bedug di Masjid Agung Kauman dan menyalakan meriam di halaman Kabupaten. Bedug dan meriam dibunyikan masing-masing tiga kali, kemudian diikuti dengan pengumuman awal bulan Ramadhan di Masjid. Perayaan Dugderan pada saat itu berpusat di Masjid Agung Semarang (kini Masjid Agung Kauman yang terletak di dekat pasar Johar).</p> <p><span style="-webkit-tap-highlight-color: rgba(0, 0, 0, 0);">l<img src="https://api.forumanak.id/storage/1904/25631743949083.webp" alt="" width="270" height="269"></span></p> <p>Makna Dugderan: Nama Dugderan diambil dari suara bedug yang berbunyi &lsquo; dug dug dug&rsquo; dan suara meriam yakni &lsquo; der der der&rsquo;. Seperti disampaikan sebelumnya, bedug dan meriam tersebut dibunyikan masing-masing tiga kali, sebagai penanda awal bulan Ramadhan.&nbsp;</p> <p>Tujuan Dugderan yaitu melebur perbedaan yang terjadi antarwarga kota Semarang pada zaman kolonial. Secara khusus, Bupati Purbaningrat ingin menyamakan persepsi masyarakat dalam menentukan awal bulan Ramadhan.&nbsp;</p> <p><img src="https://api.forumanak.id/storage/1904/67981743949097.webp" alt="" width="270" height="269"></p> <p>Proses Dugderan biasanya digelar 1-2 minggu sebelum bulan Ramadhan tiba, yang terdiri dari tiga rangkaian acara yaitu Pasar Malam, prosesi pengumuman awal bulan Ramadhan, dan kirab budaya Warak Ngendok. Pasar malam diadakan agar semakin memeriahkan budaya yang sudah berlangsung ratusan tahun ini, di Pasar Malam beraneka barang dijual seperti makanan dan kebutuhan rumah tangga. Pada puncak perayaan, setelah mendengar kemeriahan bedug dan petasan, masyarakat kemudian akan berkumpul di alun-alun Masjid Kauman, kata sambutan dan pengumuman awal bulan Ramadhan akan disampaikan oleh Bupati Semarang dan Imam Masjid Besar. Selanjutnya akan diadakan kirab budaya warak ngendok yang menjadi ikon tradisi Dugderan. Warak Ngendok adalah hewan mitologi bentuknya perpaduan antara kambing pada bagian kaki, naga pada bagian kepala, dan buraq di bagian badannya.&nbsp;</p> <p>Link <a href="https://www.instagram.com/p/C4Dw89rPd1Z/?igsh=MTNmeHI1a25iNHg3cA==">https://www.instagram.com/p/C4Dw89rPd1Z/?igsh=MTNmeHI1a25iNHg3cA==</a>&nbsp;</p> <p>&nbsp;</p></p>

0 Komentar untuk INFAWEEK SEJARAH DUGDERAN KOTA SEMARANG

login untuk komentar